Oleh
: Niken Wulandari*
Aku bahagia bisa
mengenalmu walaupun akhirnya aku harus kehilanganmu untuk selamanya. Ya waktu
itu aku masih sekolah menengah pertama
kelas 7 di salah satu sekolah Negeri di daerah Singaraja, sebut saja namaku Nazla. Teman-teman sering
memanggilku dengan sebutan “Cimenk” karena aku yang mempunyai mata sipit setiap
kali aku tersenyum. Saat itu ketika aku duduk sembari melepas lelah karena
habis olahraga di sebuah bangku depan kelas, aku melihat sosok yang baik,
tampan dan lugu ya sebut saja namanya Romi. Dia adalah salah satu teman
sekelasku tapi entah kenapa aku baru menyadari
kalau ternyata dialah yang mampu mengalihkan perhatianku kala itu ?
tanyaku dalam hati.
Hari berganti minggu setiap waktuku aku gunakan
untuk memandangi setiap dekap langkahnya kemanapun dia pergi. dan aku masih
terus menyimpan apa yang aku rasakan kepadanya. Suatu ketika aku duduk sembari
menunggu bel pergantian jam pelajaran, diapun mendekatiku dan seolah ingin
memulai membuka pembicaraan yang mungkin masih ragu untuk mengatakannya.
“hei, sedang apa disini ? sendirian pula” tanyanya
dengan penuh penasaran
“lagi menikmati udara dan melihat betapa hebatnya
alam kita ini” jawabku dengan tegas
“tapi menurutku lebih indah wajahmu daripada alam
ini” sembari tersenyum manis kepadaku
“ah, kamu terlalu memujiku” jawabku dengan malu
Kami pun terus berbicara serasa lebih dekat walaupun
tanpa ikatan yang pasti.
Bel
masukpun berdering aku dan dia berjalan bersamaan menuju kelas dan tanpa aku
sadar teman-temanku pun mengejek aku yang masuk berdua dengannya. Aku tersipu
malu. Apakah ini yang dinamakan Cinta ? tapi bukankah aku dan dia belum
mengerti sesungguhnya apa itu Cinta ? ya
Cinta, Cinta yang datang pada dua insan berlainan jenis dan kini aku
merasakannya apa itu Cinta, Cinta pertamaku yang meluluhkan setiap hatiku,
menggetarkan setiap jiwaku saat bersamanya.
Bulan
berganti tahun, dan aku masih tetap satu kelas dengannya tanpa ada kepastian
hubungan apakah yang aku rasakan. Hingga akhirnya kami tiba di waktu yang
begitu menegangkan. Ya itu adalah waktu dimana kami para anak kelas 9 harus
menghadapi perpisahan sedih, gundah,
senang yang kurasa. Bagaimana aku meneruskan rasa ini dengannya tanpa ada
ikatan ? apa aku harus mengatakannya ? sedangkan aku cewek ? haruskah aku
memulainya ? lalu apakah dia juga merasakan hal yang sama denganku ? tanyaku
penuh perhatian dalam hati.
Waktu
perpisahanpun telah berlalu dan tak ada kabar tentangnya dan kisahku ini, entah
apa yang aku pikirkan, ataukah aku terlalu bodoh mempercayai setiap kata-kata
manis yang hingga saat ini terdengar jelas di daun telingaku ?
“kringg …. Kringgg …. “ telepon rumahku berdering
kencang
“ iya halo dengan Nazla bisa dibantu ?’’ jawabku
“eh kamu Menk, ini aku Bella aku ingin mengundang
kamu di acara ulang tahunku besok jam 3 sore. Apa kamu bisa datang ? ada Romi
juga lo “ rayu Bella dalam telepon
“ wah ini kesempatanku untuk melihat wajahnya
setelah lama tak berjumpa” jawabku dalam hati
“ halo … halo … Menk kenapa diam ? bisa tidak ?”
Tanya Bella dengan nada serius
“ eh maaf Bell, iya pasti aku datang Bell” jawabku
dengan penuh yakin
“baiklah aku tunggu besok ya, selamat malam sampai
bertemu besok” jawabnya
“ iya baiklah, selamat malam juga” jawabku sembari
menutup ganggang telepon
Malam
itu setelah mendengar bahwa aku besok akan bertemu dengan Romi aku tak bisa
tidur memikirkan baju apa yang akan ku kenakan ? lalu pembahasan apa yang harus
bincangkan dengannya ? pikirku risau
Jam dinding menunjukkan
angka 00.00 tapi masih saja mata ini enggan memejam karena terlalu bahagianya
aku yang akan bertemu dengannya. Akankah dia akan menyatakan apa yang dia
rasakan ? atau dia akan membawa wanita pujaannya ? pikirkupun melayang hingga
tak lama kemudian mataku terpejam dengan sendirinya.
Hari itupun tiba, aku
mengayuhkan sepeda yang telah lama bersamaku dengan mengenakan celana jeans dan hem warna senada
dengan sepatu andalanku tak lupa handphone yang telah ku siapkan untuk meminta
nomer handphonenya. Setelah 15 menit
aku mengayuh sepeda akhirnya sampai juga di rumah besar dan bercat putih ya ini
dia rumah Bella, tak lama datang juga orang yang selama ini aku cari, yang
mengenakan celana pendek dan kaos oblong berwarna hitam dengan aroma parfum
yang khas. Ini dia yang aku tunggu Romi, tapi kenapa dia berubah ? tak
menyapaku hanya memandangiku dari jauh saja ? ada apa gerangan ? apa dia telah
menemukan yang lain di sekolahnya ? ah sudahlah ini waktunya aku
bersenang-senang bukan meratapi apa yang aku rasa. Kamipun bermain dengan
senang sejenak melupakan apa yang aku rasakan. Kamipun bersepada saling
berboncengan dan melempar senyum lebar, hingga “aku terpikir aku ingin berada
di belakangmu dan kamu yang membawa aku keliling desa ini”. Harapku dalam hati
Waktupun berjalan
dengan cepat berlalu akupun berpamitan pulang dan tak sempat meminta foto atau
nomer teleponnya, betapa bodohnya aku ini menyiakan setiap kesempatanku yang
ada. Hingga saat inipun aku merasa bodoh, kau yang tak pernah menyempatkanku datang
padamu hingga kini kamupun telah tenang di alam sana, aku hanya bisa berdoa
untuk kebahagianmu disana semoga kamu tenang dan damai di sana orang pertama
yang mampu memecahkan perasaan ini.
Cinta dalam diamku kini
telah bersarang dalam benak dan pikiranku entah kemana aku harus mengutarakan
bahwa aku sayang kamu dulu, sekarang dan nanti hingga aku menyusulmu disana.
Masih di tempat ini setiapku menginjakkan kaki di tanah ini semakin ku ingat
akan dirimu, senyummu dan semua tentangmu yang masih terekam jelas dipikiranku.
Entah sampai kapan aku akan terus mengingatmu, “akupun tak ingin kembali ke
tempat ini jika kenangan manis itu masih saja dalam benakku” pikirku.
Berat hati rasanya
meninggalkan pulau yang membawa dalam
kehidupanku. Inilah jalan yang harus ku pilih meninggalkan semua kenangan indah
dan membuka lembaran baru tanpamu. Jika ku datang suatu hari nanti aku hanya
bisa berkata “ Bali Kau Ambil Cintaku !” tegasku ! namun jika memang nanti aku
akan datang dan menetap di pulau ini, pulau dimana aku merasakan setiap
hangatnya senyummu akan ku katakana pada seluruh penjuru kota dan pulau ini
“Bali Kembalikan Cintaku” meski kau telah tiada.
*) Penulis adalah Mahasiswa aktif jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Kanjuruhan Malang